Integrasi Besaran dan satuan Fisika dalam pespektif al-Qur'an

Fisika merupakan Ilmu Pengetahuan berdasarkan percobaan. Dalam melakukan percobaan selalu memerlukan pengukuran-pengukuran yang teliti agar gejala alam yang dipelajari dapat dijelaskan atau diramalkan dengan tepat. Belajar dengan menggunakan media alam merupakan salah satu amalan yang diperintahkan Allah SWT agar manusia menjadi lebih bersyukur. Sehingga dengan sendirinya manusia menyadari bahwa sesungguhnya alam ini adalah bukti kekuasaan Allah Tuhan yang berhak disembah dan ternyata tidak ada ciptaan Allah SWT yang sia-sia , semua diciptakan dengan ukuran dan tujuan yang benar.
Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran (3) ayat 190-191, yang artinya:
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
 
A. Pengukuran
Secara umum ada tiga hal yang sangat diperlukan oleh Fisika sebagai Ilmu yang berkembang melalui percobaan. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengukur; kegiatan membandingkan suatu sunnatullah yang diukur (besaran) dengan sesuatu yang sejenis yang ditetapkan sebagai satuan.
2. Besaran; suatu sunnatullah yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka.
3. Satuan;suatu sunnatullah yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam melakukan kegiatan pengukuran.
Pada prinsipnya semua gejala alam yang kita ukur dalam percobaan itu merupakan sunnatullah yang telah memiliki ukuran yang pasti dan merupakan sumber ilmu pengetahuan, khususnya fisika. Jadi mengkaji fisika sama dengan mengkaji sunnatullah sebagai bukti kebenaran adanya Allah SWT Yang Maha Besar yang berhak disembah. Dan beriman kepada sunnatullah tersebut merupakan bagian dari syarat peningkatan iman dan taqwa.
Sunnatullah yang dipelajari hanya mampu dipahami oleh hati yang beriman melalui proses “Iqra Bissmirabbika”. Itulah sebabnya belajar dalam Islam merupakan kewajiban setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini dapat ditelaah dalam QS. Yunus (10) ayat 5 dan (QS. Al-Alaq (96) : 1-5). Dalam ayat-ayat tersebut ditegaskan bahwa manusia tak akan mengetahui sesuatu (berilmu) tanpa pertolongan Allah SWT.
 
B. Besaran Pokok dan Besaran Turunan
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak bergantung pada satuan-satuan besaran lain serta digunakan untuk mendefenisikan besaran lain. Contoh : Panjang, Massa, waktu, kuat arus listrik, suhu, jumlah zat, intensitas cahaya. Tiap besaran pokok tersebut memiliki dimensi tersendiri.
Besaran pokok tersebut merupakan ciptaan Allah SWT yang yang telah ditetapkan ukuran-ukuran tertentu dengan rapi sesuai eksistensinya. Jadi besaran-besaran yang dikembangkan oleh manusia secara tidak langsung merupakan ayat-ayat Allah yaitu Alam semesta ini beserta isinya. Allah SWT telah menciptakan keteraturan-keteraturan pada alam semesta ini, dan dari sunnatullah inilah besaran-besaran fisika itu ditumbuh-kembangkan hingga melahirkan Iptek yang sangat populer saat ini dan menjamur penggunaannya di segala bidang. Keterangan tentang hal ini juga dapat dipetik dari beberapa ayat-ayat Allah SWT dalam Al-Qur’an, seperti berikut ini:
QS. Al-Furqon (25) : 2 yang artinya :”..., dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya .”
QS. Ar-Raad : 8 yang artinya :”... Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” QS. Ar-Rahman (55) : 33; QS. Ash Talaq : 3 ;QS. Fathir : 43 ;QS. Asy-Suraa : 17 ;QS. Al-Qamar : 49 .
Besaran Turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari beberapa satuan besaran pokok. Contoh : Luas, Kecepatan, Percepatan, Gaya, Usaha, Tekanan, daya., dan lain-lain. Tiap besaran turunan memiliki pula dimensi tersendiri yang dapat diturunkan dari dimensi besaran-besaran pokok.
Dimensi suatu besaran adalah merupakan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok. Untuk meningkatkan keimanan kita dari pembahasan ini, maka konsep dimensi dan ruang dapat ditelaah lewat firman Allah SWT yang artinya seperti berikut ini.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu”. (QS. Fushshilat (41) :53)
Kata tanda - tanda (kekuasaan) Allah “ tersirat sifat dan prilaku seluruh ciptaan-Nya dengan berbagai proses alami dan gejala-gejala alam. Kata disegenap ufuk mengandung arti selain berlaku sebagai dimensi ruang (volume) juga termasuk dalam makna beberapa dimensi besaran-besaran lain. Secara umum dimensi diartikan sebagai ukuran ruang, ada ukuran panjang ( dimensi panjang), ada ukuran luas (dimensi luas).
Diskusikan bagaimana esensi ukuran (Volume) air hujan di bumi? (Bahan Kajian Ilmiah Untuk Siswa-- KTI)
Alam beserta isinya sebagai sunnatullah telah ditetapkan “ukurannya “ yang mengandung dua makna ilmiah yaitu sebagai bilangan dengan sifat dan ketelitian yang terkandung di dalamnya dan yang kedua sebagai hukum dan aturan yang berlaku sempurna. Makna ukuran baik yang berperan sebagai bilangan maupun hukum atau aturan, keduanya tersusun sangat rapi dan sistematis serta berhubungan sempurna satu sama lain dengan penuh keteraturan.
Bukti ilmiah bahwa alam ini diciptakan dengan ukuran yang tepat dapat diperoleh informasinya yang otentik dari firman Allah SWT QS. Al-Qamar (54) : 49 dan Al-Furqan (25) : 2. Dari Kedua ayat ini kita menemukan isyarat bahwa kata “ ukuran” mengandung dua makna yang penuh hikmah, yaitu :
1. Menyatakan sebagai bilangan dengan sifat dan ketelitian di dalamnya
2. Menyatakan sebagai hukum dan aturan Allah Yang Maha Sempurna Ukuran tersebut, baik berperan sebagai bilangan maupun sebagai aturan/hukum, keduanya tersusun dalam suatu sistematika yang sangat rapi dengan keterkaitannya satu sama lain.
Telah teruji secara ilmiah bahwa hukum-hukum Fisika akan selalu berlaku kapan dan dimanapun. Artinya, tidak hanya berlaku pada benda mati atau yang disebut materi/zat, namun juga berlaku pada keseluruhan prilaku makhluk hidup termasuk manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang termulia.
Cermati Juga Firman Allah SWT berikut ini ! QS. Ar-Ra’d (13) : 8; Faathir (35) : 43; Ath Thalaaq (65) : 3
Ungkapan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya, mengandung makna bahwa sesungguhnya alam semesta ini diciptakan memiliki besaran-besaran tersendiri yang ditunjukkan oleh gejala-gejalanya yang berlangsung secara teratur dan tersusun rapi. Sehingga benda apapun di alam ini sebagai ciptaan Allah, di ruang manapun berada, semua ukuranya telah ditetapkan sesuai dengan besaran dan eksistensinya diciptakan. Artinya tak satupun ciptaan Allah yang sia-sia, semua penuh hikmah yang tak akan habis dikaji oleh manusia sampai kapanpun

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

0 comments:

Posting Komentar